Rabu, 20 Desember 2017

PAMERAN SENI RUPA MEMETRI KRIYA/Galeri House of Sampoerna/Surabaya,24 Nop 2017 sd.6 Januari 2018


Di galeri House of Sampoerna lagi ada pameran seni rupa sejak tanggal 24 Nopember 2017 sd. 6 Januari 2018, loh ... Temanya mengambil judul " MEMETRI KRIYA " yang artinya menjaga atau mempertahankan keaslian teknik pembuatan karya kriya dengan cara tradisional yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.

Pameran ini diikuti oleh dosen Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (UNESA), alumni dan mahasiswa terpilih yang mengambil minat pada seni kriya logam, kriya kayu, kriya keramik dan kriya tekstil.

Harga Tiket Masuknya gratis, ya ... di mana pihak House of Sampoerna sendiri yang memfasilitasi kegiatan pameran ini. 
Dari pihak Unesa sendiri menyediakan buku penuntun pameran seperti ini.

Ok, deh ... yuk kita langsung masuk ke dalam galeri-nya, ya ...
Ruangan galeri-nya sendiri tidak seberapa luas dengan 2 lantai tapi full ac dan penuh warna, loh ....

Pengunjung langsung disambut dengan lukisan naga di mana para pengunjung diperbolehkan menempelkan serpihan kayu pada lukisan naga tersebut.

Beberapa karya kriya yang masing-masing mewakili seni kriya kutampilkan di sini, ya ...


Karya ini berjudul " KonsumsiKillMe " (teknik pahat kayu, kayu mahoni, sampah kemasan, resin) yang sebetulnya merupakan kritikan terhadap adanya kenyataan konsumsi pada masyarakat dewasa ini. 
Penggagasnya ingin menggambarkan hubungan antara budaya konsumtif masyarakat terhadap dampaknya bagi kerusakan ekosistem di sekitarnya.

Lanjut, yuk ...
Kali ini melati sebagai bunga bangsa Indonesia ditampilkan dalam karya " King and Queen Jasmine " (teknik ukir logam endak-endakan dan krawangan).
Karya kriya selanjutnya mengambil judul
" Angon Brayat " (batik lukis, pewarna remasol) yang berarti menjaga dan memelihara hubungan dalam keluarga dan hubungan sebagai keluarga, juga sebagai harapan untuk disatukannya tulang rusuk yang masih terserak.
Intermezo sebentar .... ini tampilan ruangan atas galeri-nya, ya ...
Karya kriya selanjutnya mengambil judul
" Aquatic Gold " (kuningan, aksesoris). Aksesoris dengan tema dunia bawah laut yang kaya dengan berbagai keragaman dan keunikan bentuknya.
Karya kriya selanjutnya adalah "Pernah Hidup"
(stoneware) yang diciptakan berseri dengan tema besar tentang budaya makan di mana ayam goreng tepung merupakan salah satu contoh menu makanan yang fenomental.

Sabtu, 16 Desember 2017

SURABAYA HERITAGE TRACK/House of Sampoerna-Surabaya/2 Desember 2017

Hallo ... kalo kamu pas ada di Surabaya dan lagi pengen jalan-jalan di sekitaran bangunan peningalan bersejarahnya ... aku sarankan mampir ke House of Sampoerna saja yang ada di jalan Taman Sampoerna nomor 6, Krembangan Utara, Surabaya.

Apa itu House of Sampoerna ?
Itu loh ... sebuah komplek bangunan yang dimiliki sebuah perusahaan rokok bernama Sampoerna di mana di dalamnya terdapat museum, kafe sekaligus pabrik rokoknya juga.

Selain itu pihak Sampoerna sendiri menyediakan sebuah bis wisata untuk mengantarkan siapa saja yang mau jalan-jalan mengenal lebih dekat lagi jalur-jalur berikut berbagai bangunan peninggalan bersejarah yang ada di kota Surabaya.

Nama bekennya bis Surabaya Heritage Track, ya ... dan disediakan secara gratis oleh pihak House of Sampoerna. Jadwal pemberangkatannya setiap hari, kecuali hari Senin libur, loh ... dengan 3 kali pemberangkatan, yaitu :
-jam 09.00 - 11.00  dengan jalur tujuan Balai Pemuda, Balai Kota dan Museum Bank Indonesia;
-jam 13.00 - 15.00  dengan jalur tujuan Tugu Pahlawan dan gedung PTPN XII;
-jam 15.00 - 17.00  dengan jalur tujuan Klenteng Hok An Kiong dan Museum Bank Mandiri.
Sayangnya kita gak bisa ikutan semua jalur wisata dalam 1 hari. Jadi 1 hari cuma boleh ikut 1 jalur wisata saja. Supaya yang lainnya bisa kebagian juga, dunk.

Kita gak usah kuatir bakalan bengong dibiarin jalan-jalan sendirian, ya ... Soalnya disediakan pemandu wisatanya juga, loh ... yang akan menjelaskan bangunan-bangunan bersejarah yang dilewati oleh bis SHT ini. Mereka juga menguasai bahasa Inggris. Jadi gak masalah kalo ada turis asing yang ikutan.

Cuma menurut pengalamanku, sih ... sebaiknya bagi kita-kita yang gak seberapa menguasai bahasa Inggris semoga saja gak kebagian yang barengan sama turis asing, ya ... karena so pasti penjelasan pemandunya kurang maksimal karena harus berbagi info dengan turis asing. 
Apalagi kalo kebagian pemandu yang gak mau repot. Hadohh ... kita-kita yang turis lokal ini cuma dikasih info dalam bahasa Indonesia yang sedikit banget ... gak sebanding proporsinya sama si turis asing.
Ok, deh ... bis SHT ini diparkir di seberangnya a cafe. Jadi posisinya dekat pintu masuk House of Sampoerna, ya ... Kalo naik taksi atau ojek online, kita cukup mutari pepohonan rindang yang ada di depan a cafe saja. Pak satpamnya selalu sigap membantu, loh ... Salut ....
Kita bisa langsung masuk ke dalam bangunan yang ada tulisan a cafe di atasnya ini.

Di ruangan sebelah kanannya ada petunjuk Tourist Information Center (TIC)  atau Pusat Informasi Turis. 

Kita bisa langsung masuk ke dalamnya untuk mendaftar terlebih dahulu. Jadi sebaiknya datangnya jangan mepet waktu keberangkatan, ya ... karena 10 menit sebelum jadwal keberangkatan, kita sudah diminta masuk ke dalam bis SHT-nya.
Sesudah mendaftar, kita akan mendapatkan 1 peta mungil berikut tiketnya. Saranku sih, kalau mau pasti berangkatnya, kita bisa mendaftarkan diri lewat telepon (telepon nomor 031 3539000/ext. 24142) maksimal 1 bulan sebelum keberangkatan.
Karena kalo langsung datang di lokasi dan daftar belum tentu dapat tempat duduk karena biasanya selalu penuh, apalagi di hari Sabtu dan Minggu dengan jadwal keberangkatan favorite jam 9 pagi dan jam 1 siang.
Sebelum masuk bis SHT, kita mendapatkan keplek tanda peserta semacam ini. Pintu masuknya hanya dibuka 1 yang di bagian depan saja, ya ... jadi kalau mau dapat posisi tempat duduk favorite, kita bisa antri masuk ke dalam bis paling depan sendiri, hehehe ....
Begini penampakan di dalam ruang bis SHT-nya. Isinya maksimal 22 orang peserta, full ac dan terawat bersih serta dilarang makan dan minum selama perjalanan, loh ...









Sekedar catatan saja, sih ...
Walaupun program bis SHT ini gratis, bukan berarti menjadi tidak profesional, ya ...
Sebaiknya pemandu lebih telaten lagi membagi info yang seimbang antara turis asing dan turis lokal.
Peralatan yang dipergunakan seperti mike juga sebaiknya dipersiapkan lebih matang lagi sehingga tidak mati pada saat dipergunakan pemandu. Jangan hanya perlengkapan bis SHT-nya saja yang diperhatikan, ya ...

Terakhir, neh ... sebaiknya pemandu juga mentaati larangan yang sudah dipasang pihak museum untuk tidak menyentuh barang-barang yang ada di dalamnya. Apalagi kemudian mempergunakannya walaupun dengan alasan untuk memberi contoh. Bukankah kita harus menjaga ke-otentikan barang-barang tersebut ? Lagipula malu'kan sama para turis asing yang cuma bisa bengong menyaksikan sikap yang seenaknya saja itu. Hadoohhh .... terpaksa tepok jidat sendiri, dah ...