Awalnya bangunan ini bernama De Javasche Bank Agentschap.
Didirikan pada tanggal 14 September 1829 lalu dinasionalisasi dan menjadi Bank Indonesia pada tahun 1953, pindah ke jalan Garuda dan dipindahkan ke gedung baru di jalan Pahlawan 1, Surabaya pada tahun 1973. Kalau kita lihat pintu masuknya dulu ada di sebelah pojok kiri bangunan, ya ...
Begini penampakan pintu masuk putarnya.
Seluruh ruangannya lapang tanpa adanya sekat-sekat. Ternyata untuk pengaturan setiap ruangannya, dipergunakan lantai berwarna yang berbeda-beda sebagai patokannya, loh ...
Jadi lantai yang berwarna merah itu dipergunakan untuk meletakkan meja tulis dan kursi serta perlengkapan kantor lainnya.
Lalu lantai yang berwarna hitam dan putih itu sebagai pembatas ruangannya. Sedangkan lantai yang berwarna hitam sebagai jalannya.
Wow ... kreatif, ya ...
Jadi lantai yang berwarna merah itu dipergunakan untuk meletakkan meja tulis dan kursi serta perlengkapan kantor lainnya.
Lalu lantai yang berwarna hitam dan putih itu sebagai pembatas ruangannya. Sedangkan lantai yang berwarna hitam sebagai jalannya.
Wow ... kreatif, ya ...
Yuk ... sekarang kita lihat bagian teller-nya. Gak seperti penampakan ruangan di bank yang sekarang ada, ternyata dulu disekat-sekat seperti bilik-bilik telepon umum itu, loh ... lengkap dengan pintunya yang dibuat seperti kawat nyamuk.
Oopss ... pemandu wisatanya, um Aji lagi godain teler si mbak peserta, tuh ... kayaknya ... hehehe ......
Lanjut, yuk ... ke ruangan brankasnya ...
Merek-nya Lips yang diproduksi serta didatangkan langsung dari Belanda.
Nah, sekarang kita lihat yuk, modelnya cctv 100 tahun yang lalu.
Kalo ada pencuri masuk lewat gang sempit berpintu teralis itu, maka pada pintu lain di ujung gangnya dipantulkan keberadaannya melalui cermin yang diletakkan sedemikian rupa.
Kemudian kedua pintu teralisnya langsung ditutup oleh petugas keamanan bank dan si pencuri akan terjebak di dalamnya. Nantinya oleh petugas bank diserahkan kepada polisi yang segera memasukkan pencurinya ke dalam penjara yang ada di dekat lokasi.
Prakktis, ya ...
Sekarang kita lihat beberapa peralatan yang dipergunakan bank jaman dulu, ya ...
Ini adalah mesin hitung, sortir dan perusak uang kertas yang punya fungsi untuk menghitung uang kertas, menyortir uang kertas yang bukan berasal dari Bank Indonesia.
Dan bila uang kertas tersebut dianggap sudah tidak layak untuk diedarkan, maka mesin ini akan menghancurkan uang kertas tersebut.
Kalo ini namanya mesin perusak uang kertas di mana uang kertas yang sudah tidak layak edar dimasukkan ke dalam kotak kaca. Kemudian lempengan dalam kotak kaca dijalankan dan mesin potong akan merajangnya sampai halus lalu diayak. Hasil ayakannya akan keluar melalui pipa lalu ditampung dalam karung dan siap dibakar. Wow ... betul-betul gak berbentuk uang kertas lagi, ya ...
Kalo ini namanya Perforator berwarna hitam dan berbahan besi dengan merek Schmidt. Ada sebuah tuas di bagian ujung atasnya. Tuas yang ujungnya berbentuk bulat seperti bola berwarna hitam ini berfungsi untuk memberi tekanan pada besi-besi yang ada di bagian bawahnya untuk melubangi kertas.
Sedangkan mesin ini bernama Mnul yang fungsinya untuk menghitung uang logam.Bagaimana ... ? Asek punya'kan acara jalan-jalan sambil mencari tau sejarah masa lalu bangsa ini ... Ok, deh ... ikutin terus, ya ... acara jalan-jalan pake SHT ini yang sesi keduanya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar