Ada beberapa tempat wisata yang sempat aku kunjungi dan aku menuliskannya secara berseri lewat blog ini. Intip terus, ya ...
MONUMEN TUGU
Alun-alun Tugu Malang yang saat ini menjadi salah satu landmark kota Malang dulunya bernama Alun-alun Bunder karena memang bentuknya yang melingkar (kalo kotak, mungkin namanya beda lagi, ya ... hehehe ...).
Taman cikal bakal alun-alun Tugu ini dibangun pada masa penjajahan Belanda, loh ... dan awalnya taman ini diberi nama JP Coen Plein sebagai bentuk penghormatan kepada Gubernur Jenderal Jaan Pieterzoen Coen. Sedangkan tujuan dibangunnya taman ini sebagai pelengkap halaman gedung kegubernuran Hindia Belanda.
Taman ini juga menjadi saksi bagi perkembangan kota Malang, man temans ... termasuk saat status Malang berubah menjadi Kota Madya di tahun 1914.
Begitu juga pada saat dibangunnya gedung Balai Kota (tahun 1930-an) sebagai gedung pusat pemerintahan Kota Malang di sisi sebelah selatan taman. Pembangunan itu menjadi bagian dari rencana perluasan kota.
Setahun setelah kemerdekaan (17 Agustus 1946), batu pertama pembangunan Monumen Tugu ini diletakkan dan monumen ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan A.G.Suroto.
Dalam Agresi Militer 1 (tahun 1947), Belanda sempat menghancurkan Monumen Tugu yang pada saat itu pembangunannya sudah mencapai 95% sebagai bentuk kekesalan mereka atas kegigihan arek-arek Malang dalam mempertahankan wilayahnya.
Barulah pada tahun 1953, Monumen Tugu ini akhirnya dibangun kembali oleh pemerintah kota Malang dan diresmikan oleh Ir. Soekarno (presiden RI waktu itu).
Omong-omong, pembuatan Monumen Tugu ini sendiri punya beberapa makna, loh ... Yuk, kita cari tau, ya ...
Karena letaknya yang berada di tengah-tengah alun-alun Tugu melambangkan pusatnya kelima penjuru arah, yaitu selain arah utama yang menuju ke gedung Balaikota, keempat arah lainnya mewakili jalan raya yang bermuara di alun-alun ini.
Puncak monumen yang berbentuk bambu tajam melambangkan bambu runcing sebagai senjata yang dipergunakan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah.
Sedangkan rantai menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang tidak dapat dipisahkan oleh penjajah.
Makna lainnya terdapat pada bintang yang mempunyai 17 pondasi dan 8 tingkat serta tangga yang berbentuk 4 dan 5 sudut. Kombinasi angka ini melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Sementara itu bunga teratai yang berwarna merah dan putih yang berada di dalam kolam sekeliling monumen Tugu melambangkan keberanian dan kesucian, sesuai dengan warna bendera Indonesia (Sejarah Alun-alun Tugu Malang oleh Akaibara, 15 Desember 2015).
Ok, deh ... kalo mau jalan-jalan ke sini, sebaiknya di pagi atau sore hari, ya ... Soalnya zuerrr .... panaz bingit di siang hari berhubung gak ada tempat berteduh sama sekali. Jadinya kalo panaz, ya kepanazan ... kalo ujan, ya keujanan. Gitu, deh ...
Hati-hati juga ya, kalo mau menyeberang berhubung lokasinya ada di tengah-tengah jalan raya yang gak ada sepinya. Nah, loh ...
Tamannya sendiri bersih dan terawat rapi. Gak ada biaya masuk alias gratis ... tis ... dan terbuka bagi umum selama 24 jam. Cuma kalo dibuat nginep di kursi tamannya, bakalan kena usir, kalee, yaaa ... hehehe ...
Cucok bingit, neh buat kita-kita ini yang hobinya poto-poto (hmm ... hmm ...). Sayangnya kenapa si bunga plastik segede-gede gitu bisa ikutan nongkrong di tengah-tengah tamannya, ya ...
Mengurangi keindahannya saja ... ah ... uh ...
MONUMEN TUGU
Alun-alun Tugu Malang yang saat ini menjadi salah satu landmark kota Malang dulunya bernama Alun-alun Bunder karena memang bentuknya yang melingkar (kalo kotak, mungkin namanya beda lagi, ya ... hehehe ...).
Taman cikal bakal alun-alun Tugu ini dibangun pada masa penjajahan Belanda, loh ... dan awalnya taman ini diberi nama JP Coen Plein sebagai bentuk penghormatan kepada Gubernur Jenderal Jaan Pieterzoen Coen. Sedangkan tujuan dibangunnya taman ini sebagai pelengkap halaman gedung kegubernuran Hindia Belanda.
Taman ini juga menjadi saksi bagi perkembangan kota Malang, man temans ... termasuk saat status Malang berubah menjadi Kota Madya di tahun 1914.
Begitu juga pada saat dibangunnya gedung Balai Kota (tahun 1930-an) sebagai gedung pusat pemerintahan Kota Malang di sisi sebelah selatan taman. Pembangunan itu menjadi bagian dari rencana perluasan kota.
Setahun setelah kemerdekaan (17 Agustus 1946), batu pertama pembangunan Monumen Tugu ini diletakkan dan monumen ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan A.G.Suroto.
Dalam Agresi Militer 1 (tahun 1947), Belanda sempat menghancurkan Monumen Tugu yang pada saat itu pembangunannya sudah mencapai 95% sebagai bentuk kekesalan mereka atas kegigihan arek-arek Malang dalam mempertahankan wilayahnya.
Barulah pada tahun 1953, Monumen Tugu ini akhirnya dibangun kembali oleh pemerintah kota Malang dan diresmikan oleh Ir. Soekarno (presiden RI waktu itu).
Omong-omong, pembuatan Monumen Tugu ini sendiri punya beberapa makna, loh ... Yuk, kita cari tau, ya ...
Karena letaknya yang berada di tengah-tengah alun-alun Tugu melambangkan pusatnya kelima penjuru arah, yaitu selain arah utama yang menuju ke gedung Balaikota, keempat arah lainnya mewakili jalan raya yang bermuara di alun-alun ini.
Puncak monumen yang berbentuk bambu tajam melambangkan bambu runcing sebagai senjata yang dipergunakan bangsa Indonesia untuk mengusir penjajah.
Sedangkan rantai menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang tidak dapat dipisahkan oleh penjajah.
Makna lainnya terdapat pada bintang yang mempunyai 17 pondasi dan 8 tingkat serta tangga yang berbentuk 4 dan 5 sudut. Kombinasi angka ini melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu tanggal 17 Agustus 1945.
Sementara itu bunga teratai yang berwarna merah dan putih yang berada di dalam kolam sekeliling monumen Tugu melambangkan keberanian dan kesucian, sesuai dengan warna bendera Indonesia (Sejarah Alun-alun Tugu Malang oleh Akaibara, 15 Desember 2015).
Ok, deh ... kalo mau jalan-jalan ke sini, sebaiknya di pagi atau sore hari, ya ... Soalnya zuerrr .... panaz bingit di siang hari berhubung gak ada tempat berteduh sama sekali. Jadinya kalo panaz, ya kepanazan ... kalo ujan, ya keujanan. Gitu, deh ...
Hati-hati juga ya, kalo mau menyeberang berhubung lokasinya ada di tengah-tengah jalan raya yang gak ada sepinya. Nah, loh ...
Tamannya sendiri bersih dan terawat rapi. Gak ada biaya masuk alias gratis ... tis ... dan terbuka bagi umum selama 24 jam. Cuma kalo dibuat nginep di kursi tamannya, bakalan kena usir, kalee, yaaa ... hehehe ...
Cucok bingit, neh buat kita-kita ini yang hobinya poto-poto (hmm ... hmm ...). Sayangnya kenapa si bunga plastik segede-gede gitu bisa ikutan nongkrong di tengah-tengah tamannya, ya ...
Mengurangi keindahannya saja ... ah ... uh ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar