Sabtu, 15 Oktober 2016

JATIM FAIR/6-16 Oktober 2016/Grand City Convex Surabaya



HTM : Senin-Kamis : jam 10.00-16.00 Free 
jam 16.01-22.00 Rp.15.000,-
Jum'at : jam 10.00-16.00 Free
jam 16.01-22.00 Rp.20.000,-
Sabtu-Minggu : jam 10.00-22.00 Rp.20.000,-

Pameran terbesar di Indonesia Timur ini dalam rangka memperingati hari jadi ke 71 Propinsi Jawa timur.
Ruang pameran-nya ada di lantai 1 dan lantai 3, terdiri dari berbagai stand yang mewakili berbagai produk unggulan yang ada di wilayah Indonesia.
Di lantai 1-nya antara lain ada stand yang menawarkan produk unik dari kreasi daur ulang kertas semen. 

Di stand pemerintah kota Kediri, kita bisa juga mencoba merasakan sendiri sensasinya menjalankan alat tenun bukan mesin (braak...braak...begitu,sih bunyi mesin-nya. Tangan dan kaki harus juga ikut bergerak, loh...Lumayan sedikit olah raga, hehehe...).

Yang nama-nya patung kuda dari potongan kayu yang dibentuk juga ditampilkan di lorong antar stand-nya. Unik, uuiiyy ...
Di stand Japan National Tourism Organization yang ada di luar hall-nya, kita bisa pinjam kimono sekaligus poto-poto dengan latar belakang Showa Kinen Park, Tokyo. Di stand ini juga diadakan upacara minum teh sambil merasakan cita rasa teh asli Jepang (tgl.7 & 12 Oktober 2016 jam 14.00) dan Workshop Kesenian Jepang, yaitu seni merangkai bunga/Ikebana (tgl.9 & 14 Oktober 2016 jam 14.00).
 
Trus di lantai 3-nya, juga diadakan berbagai acara, lomba dan demo di antaranya ada cooking demo dari salah satu merek makanan. 

Lumayan ... di antara waktu demo diselipkan juga berbagai tips menarik cara mengolah dan memasak suatu makanan dengan disediakan juga voucher gratis masuk Jatim Park dan potongan harga dari salah satu merek taksi.

ICIP-ICIP KULINER KHAS GRESIK/Jl.Veteran-Gresik/6-10-2016

Di seberang pintu keluar wisma A Yani, jalan Veteran-Gresik banyak berderet kios yang menjajakan kuliner khas Gresik, loh ...

Mumpung ada di Gresik, jadi sekalian, deh ... aku icip-icip :





1.OTAK-OTAK BANDENG
Kuliner ini terdiri dari daging bandeng yang dipisahkan dari tulang, duri berikut kulit-nya lalu daging-nya dihaluskan dan dicampur dengan bumbu-bumbu khas lain-nya.

Adonan kemudian bisa dimasukkan lagi ke dalam kulit-nya atau dibiarkan terpisah lalu dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. 

2.PUDAK
Bahan-nya terdiri dari tepung beras, gula pasir dan santan lalu dibungkus dengan pelepah daun pinang yang dijahit melingkar (jadi pembungkus makanan-pun bisa dijahit,loohh....hehehe....).
3.JENANG AYAS
Kalo jajanan ini terdiri dari ketan putih, gula dan santan dengan ditaburi wijen diatasnya tanpa dibalut tepung.Selain itu diberi pewarna dan perasa.

4.JUBUNG/CUBUNG
Bahan-nya dari ketan hitam, gula dan kelapa yang dimasukkan ke dalam jubung dari kulit pohon pinang lalu ditaburi wijen diatasnya.
Hmmm...yummy.....

SUNRISE DI PANTAI SANUR/Denpasar (19-8-2016)

Sebelum kembali ke Surabaya, aku menyempatkan diri menyaksikan sunrise di pantai Sanur.

Berangkat dari villa di Seminyak sekitar jam 5 pagi (hadeehh ... mata masih ngantuk tapi demi matahari terbit, terpaksa bangun juga, neehhh ..).
Setibanya di lokasi, suasana masih remang-remang tapi sudah banyak orang yang datang dengan tujuan yang sama denganku.

Dengan mengambil lokasi yang tepat, saat-saat matahari mulai terbit, bisa kita saksikan dengan leluasa tanpa terhalang apapun.
 

Wow ... sungguh-sungguh indah. Gak rugi, loh ... rela bangun pagi-pagi dan menahan dinginnya angin pantai demi sunrise di pantai Sanur.

Bali ... aku akan kembali lagi di suatu saat nanti ........

(liburan di Bali-nya tamat dulu, yaaa ... lain kali disambung lagi, deh ... dengan lokasi dan pengalaman yang berbeda. Bye ....).

AIR TERJUN TEGENUNGAN/Sukawati, Bali (18-8-2016)


Letaknya sekitar 25 km dari Denpasar (Google Maps). Air terjunnya sendiri juga tidak seberapa tinggi. Kita bisa naik terus ke atasnya dengan menaiki sejumlah anak tangga.

Tempat wisata ini cukup tertata dengan baik.Ada deretan kios penjual cindera mata sesudah melewati gardu tiket masuk (htm= Rp.10.000,-).Tempat makan dan toilet juga tersedia.

Sedangkan untuk mencapai lokasi kolam di bawah air terjunnya, kita harus menuruni puluhan anak tangga yang sudah diplester dan juga tidak terlalu curam tingginya.Ada gardu singgah di tengah perjalanan buat sekedar beristirahat.

Semakin mendekati air terjun, anak tangganya belum diplester, masih dari tanah. Tapi cukup aman, kok buat dilewati. Dan persis di bawah air terjun, sudah banyak turis asing yang asik berendam di sana.

Untuk mendekati sumber air terjunnya sendiri, kita bisa melewati sungai kecil yang cukup deras airnya. Tapi jangan kuatir, karena ada batang pohon yang diletakkan di atasnya yang cukup dilewati untuk 1 orang saja. Jadi kudu giliran kalo mau nyebrang, yaaa .... 

Waktu aku ke sana, ternyata ada penduduk setempat yang juga menarik tiket masuk untuk mencapai sumbernya air terjun (Rp10.000,-). Katanya, seehh ... berhubung dikelola oleh desa yang berlainan. Hadeehh .... 

Ok, deehh... hati-hati saja, ya... kalo mau narziz-narziz di sini ... jangan sampai terpeleset. Soalnya gak ada pengamanannya sama sekali, loh...

Kamis, 13 Oktober 2016

TUKAD CEPUNG atau RAINBOW CANYON/Bangli, Bali (18-8-2016)

 
Tukad Cepung ini termasuk salah satu pariwisata
alam di pulau Bali yang masih baru diperkenalkan untuk para wisatawan.

Jadi harap maklum kalau tempat parkir berikut loket pembayaran tiketnya masih berkesan seadanya, ya. Tiket masuknya juga belum ditentukan besarnya, terserah kerelaan kita saja mau ngasih berapa. Toilet juga belum ada (hiks...hiks...kasian amat, yang kebelet pipis, uuiiyy...).
Perjalanan ke Tukad Cepung dimulai dengan menuruni anak tangga. Itu foto pas perjalanan pulang, ya. 

Soalnya lebih mudah menaiki anak tangga dibanding menuruninya (itu bagiku, sih ....jadi gak sempet narziz,deh....). 

Memang sih, anak tangganya cuma berjumlah puluhan saja. Tapi tingginya itu, loh... yang di atas rata-rata.... sebagian masih dari tanah pula.... hadeehhh....
Aku sarankan sebaiknya tidak mengunjungi tempat ini sehabis hujan atau pada saat hujan, ya... karena pasti cukup licin dan bahaya terpeleset lumayan besar.

Selesai menuruni anak tangga, dilanjutkan menyusuri jalan setapak (legaaaa...rasanya). 

Kaki kita juga kudu berbasah-basah ria melewati aliran air termasuk memasuki celah sempit di antara 2 tebing batu.


 
 

Dan selanjutnya ukiran tebing batunya sudah kelihatan
di depan mata.














Berjalan lebih jauh lagi, kita memasuki sebuah gua batu yang berlubang tepat di atasnya.

Nah, dari lubang inilah, aliran air sungai diatasnya mengalir turun membentuk tirai air di dinding guanya.  

Karena itulah saat air sungai di atasnya meluap akibat sedang hujan deras atau sehabis hujan, akan sangat berbahaya bagi kita yang sedang  berada dibawahnya karena bisa hanyut dibawa arus.

Sinar matahari yang masuk dari lubang gua diatasnya ditambah lumut yang tumbuh di sepanjang dinding gua menciptakan warna-warni serta membentuk siluet indah bagi kita yang mengambil gambarnya. Terima kasih, Tuhan untuk keindahan ini .... (next .... Air Terjun Tegenungan)


Sabtu, 01 Oktober 2016

Desa Wisata Penglipuran/Bangli-Bali (18-8-2016)

HARI KEDUA

Masyarakat Adat Penglipuran yang sadar wisata.
Waktu aku berkunjung ke sana ternyata sedang berlangsung upacara adat sehubungan dengan persiapan ngaben beberapa hari kemudian. Prosesi ngaben ini hanya berlangsung beberapa tahun sekali. Jadi sungguh suatu keberuntungan aku bisa datang pada saat yang tepat (thanx, God).

Walau begitu, masyarakat adatnya tetap dengan ramahnya menyambut setiap turis yang datang. Berhubung ada upacara adat, tiket masuknya dibebaskan (jadi aku tidak tau berapa harga tiketnya,yaa...).
Tidak jauh dari pintu masuk desa, di sebuah ruangan yang luas diletakkan deretan kotak berisi semacam jerami? yang dibentuk seperti tubuh manusia sebagai simbolis bagi penduduk desa yang akan di-ngaben berikut foto-foto mereka. Ada ruangan tersisa juga bagi para keluarga yang menungguinya.
Sedangkan sebagian dari masyarakatnya yang tidak mengikuti upacara adat, masih tetap berdiam di rumah masing-masing dan mereka (baik pria maupun wanita, dari yang muda sampai yang sudah berumur sekalipun) siap mempersilakan turis yang lewat untuk sekedar mampir menyaksikan keunikan bangunan rumah tinggal mereka, bahkan sampai ke ruang dapurnya. Terima kasih nini yang sudah bersedia ikutan mejenx di depan dapur, yaaa...
Hmmm....sungguh penerimaan dan keramahan dari penduduk adat yang luar biasa.
Pola letak desanya sengaja dibuat berundak-undak. Semakin tinggi tingkatnya ditempati oleh keluarga yang lebih berumur. Di bagian tertingginya ada hutan bambu dan di bagian terendahnya ada lapangan yang sangat luas (semacam lapangan sepak bola) untuk berbagai kegiatan masyarakatnya. Jadi betul-betul sudah terstruktur dengan baik.

Ini perjalananku dari hutan bambu yang ada di belakangku itu, yaaa ...
Di samping itu, masyarakat adatnya juga menganut sistem perkawinan monogami yang taat. Di antara bangunan rumah penduduknya disediakan juga sedikit lahan kosong dengan sebuah gubuk kecil di atasnya, namanya Karang Memadu. Dipergunakan khusus untuk mengasingkan pasangan yang ketahuan berpoligami. Untuk selanjutnya selama hidup, mereka tidak diperbolehkan meninggalkan lahan tersebut. Dari pihak keluarga masing-masinglah yang wajib menafkahi pasangan tersebut seumur hidup mereka.


Kejutan selanjutnya terjadi saat makan siang. Beberapa penduduk desanya juga menjalankan usaha makanan. Aku tak menyangka di sebuah desa bisa menemukan ruang makan mungil yang ditata menyerupai cafe dengan penataan cukup artistik.
Penampilan menu nasi goreng dan ayam goreng sayur-nya juga ditata dengan cukup apik. Dan ... lagi-lagi bersih, sama seperti penampilan keseluruhan desanya. Wow .... sungguh melebihi gambaranku tentang sebuah desa.
Beberapa masyarakatnya juga menjual semacam minuman herbal untuk kesegaran tubuh yang diolah dari campuran daun cem-cem, gula aren, asam, kelapa muda dan air. Namanya loloh cemcem.
Selain itu juga ada minuman herbal lainnya bernama loloh teleng yang berguna untuk membersihkan darah, diolah dari campuran bunga teleng, gula batu dan air panas. Zueerr ... rasanya seperti minuman bersoda sprite, uuiiyy ....
Ini penampakan tanaman cem-cem yang dijadikan bahan dasar pembuatan minuman herbal loloh cemcem.





O'ya ada penganan semacam klepon juga berikut parutan kelapa muda diatasnya. Aku coba icip-icip yang dari bahan ubi ungu. Wow ... ternyata lezat, loh ... Ada campuran rasa manis dan renyah dari ubi ungunya, berbaur dengan cairan gula merah yang ada di dalamnya.
Di desa wisata ini juga disediakan homestay bagi para pengunjung yang hendak menikmati langsung suasana desa dengan bermalam di tengah-tengah lingkungan desa-nya.

Hmmm .... gambaranku selama ini tentang sebuah desa benar-benar terpatahkan oleh sebuah desa nun jauh di sana .... di Bangli-Bali, bernama ... DESA WISATA PENGLIPURAN ....

(next .... Tukad Cepung-Bangli)

SUNSET DI TANAH LOT/Tabanan-Bali (17-8-2016)

Sebetulnya di Tanah Lot sendiri ada 3 tempat (selain 1 tempat yang sudah terkenal sekali) yang bagus dijadiin tempat buat poto-poto.

Kita bisa mulai menjelajahinya mulai dari ujung yang satu ke ujung lainnya.Seperti pura yang berdiri di atas batu karang yang berlubang di bagian bawah-nya ini.
Dari lokasi pura yang ada di atas batu berlubang itu, kita bisa terus bergeser pada pura di tempat lainnya.

Memang, sih ... kalo mau poto-poto di sini, kudu hati-hati, yaaa ... soalnya gak ada pagar pengaman yang cukup untuk perlindungan diri. Jadinya lengah sedikit, bisa terpeleset jatuh ke bawah dan langsung mengenai batu-batu karang tajam. Hiiyyy ....
Dan spot poto terbagus memang lokasi pura di atas batu karang yang sudah terkenal dari dulu. Menyaksikan matahari terbenam dari ujung tempat ini, sungguh-sungguh indah.
Kita bisa menyaksikan matahari yang mulai terbenam di balik pura di atas batu karang.

Terus bergeser ke balik batu karang kecil yang ada di sampingnya.
Sampai akhirnya matahari mulai semakin mendekati batas cakrawala.
Semakin meredup sampai akhirnya menjadi satu titik  kecil saja untuk kemudian kembali ke dalam peraduannya.

Ah, indah sekali .... 
Selamat tidur matahariku ....

(next ... Desa Wisata Penglipuran)