Rabu, 24 Januari 2018

DE' MUSEUM CAFE/Malang/27 Desember 2017

Buat kamu-kamu yang punya hobi baca buku-buku kelas berat (termasuk buku-buku sejarah) dan bukannya buku komik loh, ya .... hehehe ... di sinilah tempat yang paling pas buat menyalurkan hobi kalian itu.

Namanya De' Museum Cafe ... Eat & Read dan lokasinya ada di Ruko Malang Trade Center, Jalan Panji Suroso kav.10 nomor 12A, telpon nomor 0341 4352283. Udah deket, deh sama terminal Arjosari. Jam bukanya mulai jam 10 pagi sd. jam 7 malam.

Berhubung temanya eat & read, jadinya kamu bisa puas-puasin, deh nongkrong di tempat ini sambil makan, sambil baca ...

Begini penampakan interior cafe-nya ... keren'kan ... biarpun gak seberapa luas tapi unik pengaturannya.
Di tengah-tengah ruangannya itu ada gulungan naskah dari Laut Mati, loh ... Mungkin hanya replikanya saja, ya ...

Soalnya 2 orang mbak penjaganya  gak ngerti info apa-apa, sih soal benda-benda yang ada di dalam kafe museum ini. Trus pemiliknya (pak Bambang Noersena) juga pas gak ada di tempat. Pokoknya ... nikmati aja, dah ... interior sama baca-baca buku yang ada aja di sini, ya ...
hehehe ....
Ini meja kasirnya. Banyak pernak-pernik barang dari Israel dipajang di kafe ini.
Sampe toiletnya aja 'dibungkus' sama kayu oval bertelaris kayak gini. Artistik, dah ....
Menu makanan dan minumannya sendiri gak banyak pilihannya, ya ... dengan harga relatif murah ... Gak sebandinglah sama sewa bukunya buat dibaca-baca di dalam kafe yang nyaman seperti ini ... seberapa lamapun kamu mau.
Dan jangan terlalu berharap juga, ya ... sama kualitas rasa masakannya.
Tempo hari itu aku sengaja memilih menu nasi goreng Hongkong (Rp.15.000,-) sama juice alpukat (Rp.7.500,-).
Meja kursinya juga unik, loh ... Di masing-masing mejanya dipasang info tentang berbagai makanan berikut sejarahnya.
Sebagian koleksi buku-bukunya diletakkan di dalam rak-rak melingkar yang terbuka seperti ini mengikuti bentuk bangunannya.
Ada juga barang-barang koleksinya yang diletakkan di luar seperti ini.

Sayangnya tidak ada penjelasan dalam bentuk tulisan sama sekali, ya ...
Jadi kadang kita gak mengerti barang apa itu dan dipergunakan untuk apa.
Bangunan kafe ini terdiri dari 3 lantai, ya ... Sebetulnya lantai 2 dan lantai 3 bukan buat umum, tapi aku dikasih kesempatan sama si mbaknya untuk sekedar mengintip isinya, loh ...

Rupanya di lantai 2 adalah ruangan untuk proses belajar dan mengajar.
Sedangkan di lantai 3-nya diletakkan benda seperti ini yang lagi-lagi sayangnya tidak ada penjelasan dalam bentuk tulisan apapun untuk menjelaskan benda apa ini dan dimaksudkan untuk apa.
Yuk, sekarang kita lihat bagian luar dari kafe ini, ya ...
Di sekeliling tembok luar di bawah masing-masing jendelanya juga dipasang berbagai info tentang sejarah seperti ini.

Begitu juga dengan tembok yang berbatasan dengan halamannya, termasuk juga tentang sejarahnya Indonesia, loh ....

Pokoknya puas-puasin baca buku di tempat ini, ya ... Kamu gak akan menyesal mampir di sini, deh ....




Rabu, 17 Januari 2018

WISATA PETIK MADU-AGRO TAWON RIMBA RAYA/Jl.Dr.Wahidin 8,Bedali-Lawang/27-12-2017

Kalo kita pengen wisata sekaligus nambah-nambah informasi ... tempat ini bisa menjadi salah satu pilihan yang tepat, loh ...

Mau nambah-nambah info tentang apa, sih ... ???
Selama ini'kan kita taunya cuma mengkonsumsi cairan madu yang sudah dikemas di dalam botol-botol berwarna gelap saja, ya ... Nah, di tempat ini kita bisa menyaksikan dari dekat, loh ... yang namanya si lebah penghasil madu itu sendiri berikut  langsung praktek cara beternak lebah berikut petik madunya juga. Keren, kan ....

Dicatat, ya ...  Nama tempat wisatanya adalah Agro Tawon Rimba Raya dan lokasinya ada di tepi jalan raya Lawang-Malang, tepatnya di belakang deretan ruko Puri Kencana atau di seberang rumah makan/depot HTS yang terkenal onde-ondenya itu, loh ... Pokoknya gampang, deh carinya ...


Trus ... berapa, sih HTM-nya ?
Langsung masuk aja, sih ... gak pake ditarik HTM. Untuk simulasi tentang perlebahan-nya saja, juga tidak dikenakan biaya alias gratis. Tapi kalau kita mau praktek atau edukasi langsung sampai panen madunya baru dikenakan biaya sebesar Rp.15.000,-/orangnya dengan durasi waktu sekitar 1 jam sd. 2 jam (untuk rombongan).

Tempatnya sendiri cukup luas cuma kurang terawat saja, sih ...
Di sini kita juga bisa berfoto dengan menggunakan sekumpulan lebah di seluruh wajah kita dengan biaya Rp.100.000,- Sedangkan untuk berfoto dengan menggunakan sekumpulan lebah di telapak tangan tidak dipungut biaya alias gratis.

Trus di hari Minggu sekitar pukul 10 pagi sampai dengan selesai, pemiliknya yaitu pak Hariono juga akan melayani terapi sengat lebah bagi pengunjung yang mengalami masalah kesehatan. Dan ... (lagi-lagi) tidak dipungut bayaran juga, loh ...
Asek' kan .... ternyata berwisata plus nambah-nambah pengetahuan plus menikmati terapi kok, banyak gratisnya juga, ya ... hehehe ....

Ok ... sekarang kita lihat pengetahuan dasar tentang seluk beluk perlebahan. Ikutin aku terus  ....

Ini lokasi tempat kita belajar pengetahuan dasar tentang lebah, ya ... (Sst... Ini salah satunya yang gratis-gratis itu, loh ... hehehe ...).

Di tempat ini sudah disediakan beberapa kotak lebah bagi pengunjung yang mau ikutan simulasi.
Mas Bobi sudah mulai membuka tutup kotak lebahnya, tuh ...
Ingak ... ingak ... kalo kita lagi berdekatan sama lebah, dilarang melakukan gerak refleks atau memukul lebah yang beterbangan atau malah nempel di badan kita, ya ...

Soalnya mata lebah tuh, punya banyak lensa (kalo mata kita'kan cuma punya 1 lensa saja, ya ...) jadinya, mata si lebah bisa mengikuti arah bayangan kita. Itu kalo gak mau disengat, loh ...

Kotak yang lagi dibuka itu terdiri dari lebah yang asalnya dari Eropa dan Australia, ya ... terdiri dari lebah pekerja (betina) dengan usia 45 hari.
Lebah pekerja ini terdiri dari 5 level :
-level 1 adalah lebah yang baru menetas dengan tugas hanya membersihkan sarang saja;
-level 2 adalah lebah yang bertugas memberi makan larva-larvanya;
-level 3 adalah lebah yang sudah siap menjadi lebah penjaga atau penyengat (hiyyy ....);
-level 4 adalah lebah yang sudah dapat mencari makan sendiri (jarak tempuhnya sd. 2 km dari
                        sarangnya);
-level 5 adalah lebah komando yang siap memberikan tugas kepada lebah level 1 sd. level 4.


Tuh ... kita lihat, kalo madunya sudah terisi penuh, nantinya akan disegel sama lebahnya supaya gak bisa diisi madu lagi. Wow ... pinternya si lebah ...
Ini yang namanya pondasi sarang dengan bahannya yang terbuat dari lilin lebah yang sudah dimasak atau didaur ulang.
Cara kerja lebah itu sangat tertib dan teratur, loh ... Di dalam isi sarang ini sudah diatur kalo sarang 2 baris pertama dipergunakan sebagi tempat madu trus di 2 baris keduanya  sebagai tempatnya madu dan larva. 2 baris ketiga dan keempatnya sebagai tempatnya larva. Jadi gak campur aduk amburadul gitu, deh ... hehehe ...

O'ya ... mungkin masih banyak yang bingung, ya ... apa, sih bedanya lebah sama tawon itu ?
Aku kasih infonya, neh ... kalo tawon itu hamanya lebah, tidak menghasilkan madu dan kalo menyengat bisa berkali-kali ... hadohhh... hadohhh .... Lanjuttt, yuk ....
Itu kepompongnya ratu lebah yang berbentuk memanjang di pinggir kotak. Di dalamnya terdapat royal jelly yang mahal harganya itu ... wow ....

Tugasnya si ratu lebah ini cuma bertelur saja, loh ... dengan usia bisa mencapai 4 sd. 6 tahun dan ukuran tubuhnya bisa 1,5 kali lebih besar dari ukuran tubuh lebah pekerja.

Di dalam 1 koloni lebah hanya dipimpin oleh seekor ratu lebah saja, ya ... Kalo ternyata di satu koloni terdapat 2 ratu lebah, maka keduanya akan saling bertarung untuk memperebutkan koloni.

Tapi kalo lawannya adalah si ratu lebah yang masih produktif tapi sudah tidak kuat bertarung lagi, maka si ratu lebah yang lebih lemah itu akan mengalah dan meninggalkan koloninya (hiks ... hiks ....).

Nah ... di dalam koloni lebah, juga terdapat lebah pejantan yang tugasnya hanya membuahi si ratu lebah dengan usia hanya sampai dengan 60 hari saja, ya ... lalu dia mati, baik sudah membuahi ataupun belum.

Si lebah pejantan ini gak punya sengat, loh ... dengan ciri matanya yang menyatu seperti lalat hijau.

Jadi di dalam 1 koloni lebah terdapat 95% populasi lebah pekerja (betina) dan hanya 0-5% lebah pejantan.

Lanjut, yuk ... sekarang kita mau lihat bedanya lebah lokal dan lebah impor, yaaa ...
Pada masing-masing kotak di bagian ujung bawah sebelah kanannya itu ada lubang sebagai pintu keluar masuknya lebah. Kotak yang lebih besar adalah tempat lebah impor sedangkan kotak yang lebih kecil sebagai tempat lebah lokal.
 
Kalo masing-masing tutup kotaknya dibuka, maka lebah impor yang pulang kembali ke sarang/kotaknya itu akan tertib masuk lewat lubang kecil di bawah kota itu, loh ... 
Hehehe ... beda sama si lebah lokal yang akan langsung nyelonong masuk lewat atas (siapa suruh tutup kotaknya dibuka, ya ....).
 
O'ya ... lebah lokal juga termasuk sangat agresif  tapi sengatannya gak sesakit lebah impor dengan produksi madu yang lebih lama juga (yaitu bisa sampai 1 bulan) dibanding lebah impor (yang produksi madunya cuma sampai 10 hari saja). 

Ini yang namanya Propolis (yang bentuknya bulat hitam di ujung jarti tanganku itu). Dikerik dari ujung-ujungnya sekat-sekat yang ada di dalam kotak lebah.
 
Asalnya dari getah tanaman dan fungsinya sebagai obat (anti oksidan/anti virus) bagi lebah yang sakit (biasanya terdapat kutu di atas kepala lebah) dan sebagai pelindung bagi larva dari serangan kutu, bakteri, jamur, virus (termasuk dari serangan cicak yang memangsa larva).
Jaman dulu orang beternak lebah dari glodogan kayu kelapa dan kayu mundi.
 
Kalo sarangnya semakin menghitam warnanya berarti semakin kuat karena jadi elastis gak gampang dipatahkan. Beda sama sarang yang masih berwarna putih karena rapuh dan gampang dipatahkan.
Hayuk ... sekarang kita mau lihat lebah lokal yang imut-imut bingit kayak semut dan sangat agresif (hiyyy .... seremmmm ...).
Ini yang namanya lebah klenceng, ya ...
Yang bentuknya seperti merica itu adalah kepompongnya sedangkan yang bentuknya seperti lempengan pipih jamur itu adalah sarangnya.
 
Madu yang dihasilkan harganya mahal, loh ... karena semakin kecil lebahnya, semakin bagus juga kualitas madu yang dihasilkan (nektar yang dihisap sedikit, banyak liurnya yang justru kita butuhkan). Di alam, lebah ini hidupnya pada kayu, batu dan bambu.
Nah ... sekarang kita lihat berbagai produk yang berhubungan sama para lebah itu ....
1. BIPOLLEN  ini adalah makanan (lauknya) lebah pejantan dan lebah pekerja, berasal dari serbuk sari bunga;
2. ROYAL JELLY  adalah makanannya lebah ratu, berasal dari air liur lebah dengan harga jual bisa mencapai Rp.1 juta,-/kgnya;
3. PROPOLIS  adalah obat anti virus/anti oksidan bagi lebah yang sakit serta pelindung bagi larva lebah, berasal dari getah tanaman;
4. MADU  adalah makanan (nasinya) lebah pejantan dan lebah pekerja, berasal dari nektar bunga.
Pada dasarnya, fungsi madu adalah sebagai penambah stamina tubuh tapi pada perkembangannya bisa difungsikan sebagai obat alergi dan obat infeksi juga, loh ... Jadi silakan dibeli sesuai dengan kebutuhan masing-masing, ya ...
 
Ini yang namanya madu sarang yang harus segera dikonsumsi cepat-cepat sebelum meleleh. Full madu, tuh ...
Jaring-jaringnya akan terasa seperti benang di dalam mulut, loh ...
Madu sarang ini dihargai Rp.10.000,-/potong.
Kalo ini yang disebut botok tawon, ya ...
Bagi yang punya alergi, mungkin perlu sedikit berhati-hati mengkonsumsinya karena bisa menyebabkan gatal-gatal. Botok tawon ini dijualnya di depot yang menempati ruko di depan tempat wisata petik madu ini, ya ...

Tempat wisata petik madu juga menyediakan berbagai macam kuliner. Coba, deh ... kalo kulinernya berhubungan dengan bahan dasar yang ada madunya, mungkin bisa lebih menarik lagi.
Sekilas mengenai pembuatan pondasi sarang lebah, neh ....
Jadi sarang lebah yang sudah rusak atau tidak dipakai lagi dipanaskan sampai lumat lalu dicetak dalam bentuk lempengan-lempengan dan dibentuk segi enam.
Trus dibingkai dan diletakkan di dalam kotak lebah.
Ini adalah alat pembuat lebah ratu di mana telur asalnya dimasukkan ke dalam sebuah alat pencetak supaya bisa dihasilkan ratu lebah dengan ukuran tubuh yang lebih besar dari lebah pekerja. Wow ... cangih, ya ....

Jadi ... gimana, neh ...
Moga tempat wisata penambah pengetahuan ini bisa menjadi salah satu destinasi wisatamu selama singgah di kota Lawang-Malang, ya ...

 



















Rabu, 10 Januari 2018

KAMPUNG WARNA-WARNI JODIPAN/Blimbing-Malang/26-12-2017

SEKILAS SEJARAH TENTANG KAMPUNG WARNA-WARNI

Tak kenal maka tak sayang. Jadi kita intip dulu, yuk ... sejarah terbentuknya Kampung Warna-Warni ini ...

Awalnya dari sekelompok mahasiswa Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu GuysPro yang harus mengerjakan tugas kuliah praktikum PR dan Event Management di kampusnya. Mereka harus menggandeng klien yang nyata, loh ...

Akhir kata mereka mendapatkan klien dari perusahaan cat Indana Paint yang punya pabrik di kota Malang. Pada tanggal 4 Mei 2016 mereka mempresentasikan rencana mewarnai kampung Jodipan di depan direksi Indana Paint.

Sebelum dicat dengan tema "Decofresh Warnai Jodipan",  warga kampung Joodipan melakukan kerja bakti terlebih dulu untuk membersihkan kampung, baru kemudian nantinya akan dicat oleh tukang dan dengan cat yang keduanya sudah disiapkan oleh pihak Indana Paint.

Ternyata ide ini justru menjadikan Kampung Jodipan sebagai salah satu tujuan wisata Kota Malang, deh ...

Dengan demikian juga mengubah perilaku kurang baik dari warganya yang semula sering membuang sampah sembarangan menjadi lebih tertib lagi. Ditambah lagi keberadaan Kampung Warna-Warni ini ternyata juga dapat meningkatkan perekonomian warganya (suryamalang.tribunnews.com/5 September 2016).

Nah ... Sekarang kita ulas kampungnya, ya ...
Ini penampakan gerbang masuk Kampung Tridi. Itu, loh ... kampung yang ada di seberang Kampung Warna-Warni Jodipan. Bedanya kalo Kampung Tridi ini selain dicat warna-warni tembok-tembok rumahnya, juga digambari ... Maunya, sih ... gambar 3 dimensi gitu, loh ... Cuma, ya ... jangan berharap lebih sama kualitas gambarnya, ya ...

Maklumlah ... HTM-nya juga cuma Rp.2.500,- aja, sedangkan HTM Kampung Warna-Warni cuma Rp.2.000,- (jadi terlalu sadis kayaknya kalo dibandingin sama kualitas gambar dari museum 3D yang HTM-nya bisa puluhan ribu sampe seratusan ribu itu, loh ...hehehe ....).

Kalo kita bawa kendaraan roda 2, parkirnya, sih gak masalah. Bisa diparkir di halaman parkirnya kampung Tridi ini, ya ... Tapi kalo kita bawa kendaraan roda 4, sebaiknya memang diparkir di halaman stasiun Kota Baru-Malang trus kita jalan melipir, dah ... ke arah jembatan Jodipan. Naek becak juga bisa, sih ... 
Jaraknya memang nanggung, tuh ... Buat yang gak hobi jalan dan gak betah panas, ya ... sedikit jauh. Tapi kalo naek becak, juga terlalu dekat. Paling gak nyampe Rp.10.000,-

O'ya ... kalo kita datengnya pas musim liburan seperti aku tempo hari itu pas liburan akhir tahun, kusarankan datangnya sepagi mungkin, ya ... karena jam 6 pagi, kampung ini sudah menerima pengunjung, loh ... Keuntungannya selain hawanya masih segar dan tidak panas, juga jumlah pengunjungnya masih sedikit. 

Dari pengalamanku tempo hari itu, sih ... semakin siang pengunjungnya semakim mbludak dan kita sudah gak bisa bebas lagi poto-poto di spot-spot kerennya. Lah .. wong yang keliatan cuma manusia, thok, jeee ... hehehe .... gak ada spot poto yang kosong, loh ...

O'ya ... Jangan lupa juga bawa power bank, ya ... soalnya bagi kita-kita yang hobi banget mejenx, dijamin bakalan bolak-balik charge hp, tuh .... Banyak banget spot potonya yang keren-keren, loh ...  Zuerrrr .....
Begini penampakan cindera mata-nya Kampung Tridi dan stiker-nya Kampung Warna-Warni, ya .... Kalo kita masuknya dari Kampung Tridi, nanti sesudah turun dari jembatan kaca, kita bayar lagi HTM-nya Kampung Warna-Warni.
Ceileee ... ada penampakan hati-nya juga, loh .... selain payung warna-warni yang bertebaran di mana-mana ... Suit ... suit ....
Salah satu penampakan gambar 3D-nya ... kalo yang ini masih lumayan keren-lah .... hehehe ..............
Pada tanggal 9 Oktober 2017, jembatan kaca yang menjadi penghubung antara Kampung Warna-Warni dan Kampung Tridi diresmikan oleh Walikota Malang. Jembatan ini memiliki panjang 25 meter dan lebar 1,25 meter dan mampu menampung 50 orang. Inspirasinya, sih mengambil dari jembatan kaca di Tiongkok. Tapi memang gak seluruh lantai jembatannya dari kaca, ya ... Cuma sedikit saja, kok ... di tengahnya. Jadi gak seberapa ngeri pas melewatinya.
Selain dicat warna-warni, ada beberapa rumah warga yang juga diberi aksen ini itu, seperti rumah warga yang dipermak sehingga menjadi rumah bambu seperti ini, ya ...
Dibuatkan perpustakaan mini-nya juga, loh ... dengan seperangkat meja kursi dan kotak-kotak penyimpanan buku yang juga diwarna-warni.
Ada tema wayang juga di salah satu dindingnya.
Di salah satu rumah warganya juga menjual sandal jepit aneka warna seperti ini. Jadi jangan kuatir, ya ... kalo cape pake high heels, bisa beli sandal jepit juga di sini, hehehe ...
Warna-warni di mana-mana ... termasuk tembok pembatas dan anak tangganya juga ....
Salah satu dinding pembatasnya juga diberi lukisan seperti ini, ya ...

Pokoknya puaslah kalo mau poto-poto di sini. Kalo haus atau laparpun, beberapa warganya juga menyediakan makanan dan minuman yang dijual dengan harga relatif murah.

Mau selphi-selphi ... ??? Ke kampung wisata Jodipan dulu, dunk ... pilihannya ....