Rabu, 25 Januari 2017

GROJOGAN KLETING KUNING/Dusun Kemawi, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang (29 Desember 2016)

JALAN-JALAN SEMARANG 3
Ada satu lagi grojogan atau air terjun yang ada di kabupaten Semarang. Namanya Grojogan Kleting Kuning. Ada hubungan apa ya, sama tokoh Kleting Kuning yang ada dalam cerita rakyat Ande-Ande Lumut itu ...???

Lokasi tepatnya Grojogan Kleting Kuning ini ada di desa Kemawi, Kecamatan Sumowono. Dari arah Bandungan trus ke arah pasar Sumowono, gak terlalu jauh dari pasar ada asrama militer. Kalo curug 7 Bidadari papan petunjuknya ada dekat asrama militer, sedangkan Grojogan Kleting Kuning ini berjarak sekitar 6 km dari papan petunjuk Curug 7 Bidadari. Lokasinya berseberangan jalan dengan Curug 7 Bidadari.

Dari arah jalan raya, masih masuk lagi sekitar 1 km melalui jalanan sempit yang sudah diplester dengan diapit kawasan rumah penduduk dan ladang mereka di kiri kanannya. 
Dan sama seperti jalan masuk ke Curug 7 Bidadari, jalan masuk ke Grojogan Kleting Kuning ini juga harus saling bergantian kalau dilewati 2 kendaraan roda 4 yang saling berpapasan, ya...

Ada pos penjagaan dengan harga tiket masuk Rp.4.000,-/orang; parkir sepeda motor Rp.2.000,- dan parkir mobil Rp.5.000,- Uniknya, setiap sepeda motor yang diparkir akan ditutupi kain bekas spanduk. Kenapa, ya ... setiap mobil yang diparkir kok, gak dapat perlakuan yang sama ... ??? Hehehe ... Lahan parkirnya sih, gak seberapa luas seperti lahan parkir di Curug 7 Bidadari.

Dari spanduk Grojogan Kleting Kuning itu, kita harus menuruni anak-anak tangga semen yang ada di belakangnya. Tidak terlalu curam, kok dan ketinggian masing-masing anak tangganya juga landai. Hanya berjarak sekitar 200 meter sudah sampai ke lokasi grojogan. Enteng, uiyyy ....
Di lokasi ini sendiri ada 2 grojogan. Grojogan pertama letaknya lebih ke bawah, disebut Grojogan Kleting Biru. Gagal paham, neh ... apanya yang biru, yaaa ... kok, sampai disebut Kleting Biru, hehehe ....
Letak Grojogan ini cukup unik, loh ... Ketinggiannya hanya sekitar 4 meter dengan dikelilingi pohon pinus serta berhawa sejuk juga karena berada di kawasan lereng gunung Ungaran.

Tapi, coba, deh ... kita naek satu tingkat ke atasnya dan yang kebagian jadi juru kameranya turun satu tingkat ke bawahnya .... lah, jadinya kok tinggi bingit, yaaa .... 



Ini kalee yang disebut posisi menentukan ketinggian. Terserah kita, deh ... si Kleting Biru mau dijadikan pendek atau tinggi tergantung posisi selpi kita sajalah.  Aseekkk ....

Sekarang kita lihat primadonanya ... si Kleting Kuning.

Nah ... ini dia Grojogan Kleting Kuningnya .... Dengan ketinggian sekitar 8 sampai dengan 10 meter dengan tekstur tebing bebatuan berwarna kekuningan yang disebabkan karena adanya kandungan belerang yang tinggi.

Airnya sendiri rada keruh tapi tidak berbau dengan kedalaman kolam alami di bawahnya sekitar 80 cm sampai dengan 1 meter dengan dasar pasir lendut (lendutan=penurunan; apa berarti juga pasirnya bisa menarik barang/sesuatu yang ada di atasnya, ya ... ???). Entahlah ... yang jelas, selama aku berkunjung ke sana, gak ada orang yang lagi nyemplung di dalamnya, tuuh .... Alamaakkk ....



Nah ... bagi yang hobi manjat-manjat dan gak takut ketinggian, bebatuan yang ada di samping grojogan itu bisa dijadikan lokasi selpi yang seru, loh ....
Rata-rata yang sudah kebagian giliran selpi di lokasi ini, jadi malez turun lagi. Sudah terlanjur dapet pw (posisi wuenaak ... kaleee, yaaa ....). Hehehe ...

Ini lokasi yang selalu jadi incaran pengunjung buat selpi-selpi. Jangan lupa gantian, yaaa ... dan sebaiknya kalau datang kemari, jangan terlalu siang supaya masih dapat sudut pengambilan gambar yang 'seolah-olah' cuma kita yang ada di sana. Apalagi lokasinya gak luas-luas banget. Masa iyaa ... di poto yang kelihatan cuma mbludaknya pengunjung di sana-sini.

Aku cukup beruntung, loh ... karena saat aku meninggalkan lokasi, serombongan pengunjung sudah bergiliran datang menuju lokasi. Waduuhhhh ... alamat lamaaaa banget, tuuhhh ... nunggu giliran buat poto selpi dengan posisi yang wuueenaakkk ...

Selasa, 24 Januari 2017

Curug 7 Bidadari/ Desa Keseneng, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang (29 Desember 2016)

JALAN-JALAN SEMARANG 2
Semarang juga punya beberapa curug atau air terjun, loh ... Salah satunya bernama curug 7 Bidadari, yang terletak di lereng gunung Ungaran yang berhawa sejuk dan mudah untuk dijangkaunya.

Lokasi persisnya dari arah Bandungan terus ke pasar Sumowono dan tidak jauh dari pasar ada asrama militer. Di dekat asrama ada papan petunjuk menuju curug. Kita ikuti saja jalannya. Biarpun jalannya sempit, tapi sudah diaspal dengan diapit hamparan sawah dan rumah penduduk di kiri kanannya. Kalau ada kendaraan roda 4 yang berpapasan, ya kudu saling bergantian jalannya, ya ...

Sekitar 3 km ada pos penjagaan. Harga tiket masuk untuk hari libur Rp.4.000,-/orang, parkir sepeda motor Rp.2.000,- dan parkir mobil Rp.5.000,-

Dari pos penjagaan disediakan tempat parkir sepeda motor dan mobil yang cukup luas di mana di sekitarnya terdapat bangunan semi permanen yang menjual makanan dan minuman serta cinederamata. Ada juga toilet dan arena permainan anak-anak yang sederhana.

Kita harus berjalan kaki lagi sekitar 300 meter menuju curugnya. Terserah, nih ... mau lewat atas disediakan jembatan kayu yang cukup kokoh dengan sebagian jembatan beratap dan sebagian lagi tidak. Seperti ini, ya ... penampakannya.

Dari gardu pandang di sudut jembatan kayu, kita sudah bisa melihat curugnya dari kejauhan.
Kita juga bisa menyeberangi sungai berbatu-batu di bawah jembatan. Ya ... sekalian terapi pijat telapak kaki dengan menginjak batu-batu kecil di dasar sungainya, hehehe ...
Curug 7 bidadari ini mulai dipromosikan tahun 2010 dengan dana swadaya dari masyarakat sekitarnya.

Disebut curug 7 bidadari yang jelas karena ada 7 air terjun yang mengalir dari 3 tingkatan dan masing-masing tingkatan memiliki kolam tampung di bawahnya. Tapi menurut mitosnya karena pernah dijadikan tempat mandi 7 bidadari yang diperkuat dengan adanya beberapa situs yang dikeramatkan oleh penduduk sekitarnya, loh ... 

Ketinggian air terjun dari tingkat 1 ke tingkat 2 sekitar 6 meter dengan kedalam kolam di bawahnya sekitar 2 meter. Ketinggian air terjun dari tingkat 2 ke tingkat 3 sekitar 7 meter dengan kedalam kolam sekitar 5 meter. Sedangkan kedalaman kolam alaminya sekitar 4 meter.

Walaupun curug ini tidak terlalu tinggi, malahan sepertinya asik juga buat dijadikan perosotan atau seluncuran, pihak pengelola curug justru memagarinya dengan kawat berduri karena ternyata bebatuan disekitarnya cukup licin dan tajam.

Hmm ... siapa kira curug yang cukup landai ini ternyata cukup sulit juga buat ditaklukkan, ya ...



Selasa, 10 Januari 2017

BROWN CANYON (Rowosari-Meteseh-Tembalang-Semarang)/28 Desember 2016

JALAN-JALAN SEMARANG 1
Lokasi ini sebetulnya bukan tempat wisata, yaaa ... tapi tempat proyek galian C yaitu penggalian pasir, tanah urug dan batu padas yang masih aktif sampai sekarang.
Semula hanya berupa perbukitan biasa, tapi karena penambangan material yang dilakukan setiap hari selama bertahun-tahun, akhirnya perbukitan tersebut berubah bentuknya menjadi tebing-tebing curam menjulang tinggi dengan pepohonan yang tumbuh di puncak-puncaknya.
Ke lokasi ini bisa dilakukan pagi hari sebelum atau justru sore hari sesudah para pekerja proyek selesai beraktifitas. Keuntungannya hawanya tidak terlalu panas ditambah lagi kalau cuaca bersahabat, kita bisa langsung menyaksikan sunset di antara tebing-tebing bukit yang menjulang tinggi.

Kira-kira seperti inilah penampakannya.

Pas kita mau mendekati lokasinya saja, bukit-bukit tebingnya yang menjulang tinggi sudah kelihatan mengintip dari kejauhan dan begitu kita sampai di lokasinya ..... wow .... kita gak akan henti-henti buat mengabadikannya.
Untuk memasuki lokasi ini ditarik karcis masuk Rp.5.000,-/orangnya, itupun bukan dari petugas resmi, yaaa ... dan selanjutnya kita bisa mengeksplore lokasi ini dengan kendaraan kita.

Entah, ya ... kalo kendaraannya juga ditarik karcis masuk. Soalnya pas aku ke sini menggunakan kendaraan dengan nomor polisi setempat, sih ... Tapi memang kayaknya ada perlakuan khusus antara penduduk setempat dan pendatang.

Lalu bagi yang suka tantangan, sebaiknya pergunakan sepeda onthel atau sepeda motor yang fleksibel. Hindari menggunakan kendaraan roda 4 dengan kolong mobil yang rendah berhubung akses jalannya yang jelek, berdebu dan bergelombang.

Mengambil gambar di tempat ini juga menjadi suatu tantangan tersendiri, loh ... karena sebetulnya ada beberapa tenda pekerja proyek dan alat-alat berat yang tersebar di sekelilingnya.

Jadi pintar-pintar kita sajalah mengambil gambarnya, ya .... hehehe ....






Senin, 09 Januari 2017

SATE SAPI PAK KEMPLENG (29 Desember 2016)

ICIP-ICIP KULINER SEMARANG (29 Desember 2016)
SATE SAPI PAK KEMPLENG 3 (jalan Diponegoro-Ungaran)

Di Ungaran sendiri, sate pak Kempleng ini ada di 3 tempat, yaaa ... dan cukup berdekatan juga letaknya, mulai dari Rumah Makan Sate Sapi Pak Kempleng 1, 2 dan 3.

Ini sudah termasuk generasi penerus (cucunya pak Kempleng).

Aku pilih Rumah Makan Sate Sapi Pak Kempleng 3 berhubung gak seramai yang nomor 1 supaya gak kelamaan nunggu. 
Maklum .... dah ... keroncongan, neh ... perut, hehehe ....

Daftar menunya cuma dipasang di etalase kasir sama di tembok tengah saja, tanpa harga.

Untung sebelumnya sudah cari info sana-sini tentang tempat makan ini, tapi toh, tetep kaget juga begitu pesanan satenya diantar ke meja.
Duileee ... jumbo bingit potongan satenya dibanding potongan sate pada umumnya (kira-kira 2 kali lipatnya, deh ...).
Kupikir bakalan penuh perjuangan, neh ... buat mengkonsumsinya, tapi ternyata .... empuk banget, loohh ....

Sate dagingnya sendiri sudah bercita rasa manis karena pada saat pengolahannya dibakar bersama kecap manis.

Tapi untuk penyajiannya disediakan juga semangkuk penuh bumbu kacang yang kental berikut semangkuk kecil irisan bawang merah dan irisan cabe rawit. Terserah kita, sih ... mau langsung dikonsumsi begitu saja untuk cita rasa sate yang lebih sederhana atau disiram dengan bumbu kacangnya untuk menikmati cita rasa sate yang lebih kaya.

Harga 1 porsi sate sapi isi 10 tusuk = Rp. 50.000,- ... Masih termasuk wajarlah dengan ukuran sate jumbo seperti itu berikut kenikmatannya. Sementara harga sepiring nasi, minuman dan krupuknya juga masih terbilang wajar. Cuma kalau kuatir dengan harga-harganya, tanyakan terlebih dulu, yaaa ....
Hmmm .... sate sapi Pak Kempleng memang nikmat ....


Selanjutnya, yuk ... jalan-jalan ke Brown Canyon-nya Semarang ...


Toko oleh-oleh Bandeng Presto Juwana Elrina (28 Desember 2016)

ICIP-ICIP JAJANAN & KULINER SEMARANG (28 Desember 2016)
4. Toko Bandeng Juwana Elrina (jalan Pandanaran 57, Pekunden-Semarang).
 
Dari luar, bangunan toko oleh-oleh ini kelihatannya kecil, yaa ... Tapi begitu masuk ke dalamnya, ternyata cukup luas juga dengan penataan ruang yang cukup nyaman (kalo gak terlalu banyak pengunjung juga, sih ... hehehe ...).
Menariknya, toko ini juga menyediakan tester berupa potongan kecil dari berbagai aneka oleh-oleh yang ditawarkan sehingga kita bisa tau persis rasanya sebelum membeli.

A. BANDENG JUWANA ELRINA
Untuk bandeng vacuum-nya sendiri, pihak toko ternasuk royal banget dengan kemasannya.

Bandeng segar yang sudah diolah bersama dengan bawang putih, garam, kunyit, jahe berikut pewarna makanan kuning telur, divacuum terlebih dulu, lalu dikemas dalam plastik tebal bermerek Elrina yang berisi petunjuk pengolahan.

Selanjutnya masih dimasukkan lagi ke dalam kotak bermerek sama.
Di kasir, masih diberikan juga kantung kresek tebal ... lagi-lagi dengan merk Elrina.
Dan terakhir, semua belanjaan dijadikan satu pula ke dalam kantung besar yang cukup apik dan kuat untuk dijinjing ... bermerek Elrina. Hmm ... pelayanan yang memuaskan, hehehe ....

Bandeng vacuum-nya sendiri dijual per kilo, ya. Satu kilo bisa isi 5-6 bandeng ukuran kecil atau 4 bandeng ukuran sedang atau 2-3 bandeng ukuran besar. Masing-masing dengan standard harga sendiri-sendiri.
Kadaluarsanya sendiri sampai 2 bulan dalam suhu ruang. Sayangnya untuk sambalnya sendiri hanya tahan sampai 4 hari saja (waaa .... sedih buat yang hobi pedas). Menurutku, sambalnya terasa lebih pedas kalo langsung dikonsumsi dibanding dikukus terlebih dulu.


B. MOACI GEMINI
Bahannya antara lain terdiri dari tepung ketan, gula pasir dan santan dengan isian campuran kacang tanah, gula merah berikut gula halus dan terakhir dibalut dengan tepung (untuk yang varian originalnya).

Kulit luarnya yang lembut ditambah isian kacang tanahnya yang banyak bingit ..... enakkk ....









C. KOEWIH GANDJELREL/ROTI GAMBANG.
Ini dia kue khasnya Semarang.
Disebut ganjel rel karena bentuknya seperti bantalan rel kereta api dengan tekstur ulet (bantat) dan padat (alot) digigitnya dipadukan aroma coklat dan kayu manis berikut taburan wijen.

Kue ini dijadikan rebutan saat perayaan dugderan dalam acara pembagian roti di tengah tradisi menjelang Ramadhan.



Mengikuti perkembangan jaman, akhirnya bahan dasar kue yang semula berasal dari tepung singkong yang agak alot digantikan dengan tepung terigu supaya lebih gampang dan enak dikonsumsinya. Tapi rasanya jadi mengingatkan sama ontbijtkoek, deh ...


Lanjut .... sate sapi Pak Kempleng.


PIA KEMUNING/non halal (28 Desember 2016)

Sekitar 700 meter dari lekker Paimo, kita lanjut ke Pia Kemuning (non halal), yaaa ....
Tempat jualannya sendiri tidak menyerupai toko tapi ada di sudut kecil dari ruang tamu sebuah rumah tinggal. Itupun hanya diletakkan dalam sebuah etalase saja.

Pada dinding dekat etalasenya dicantumkan rincian harga pia-nya.
Ada berbagai pilihan rasa, tapi semua varian rasa, bahannya mengandung babi, ya ...

Dikemas dalam berbagai ukuran, ada yang 1/4 kg dan 1/2 kg.
Aku ici-icip yang varian isi babi (Rp.70.000,-/kg), isi durian (Rp.76.000,-/kg) dan isi coklat (Rp.64.000,-/kg).
Masing-masing varian isi punya tanggal daluarsa berbeda, ya. Jadi perhatikan tanggal daluarsanya di masing-masing kemasannya. 

Hmmm .... unik saja dengan bentuknya yang mungil dan kulit luarnya yang gak gampang hancur. Sedangkan isiannya cukup banyak juga.

Lanjut, yuk ... ke toko oleh-oleh Bandeng Presto Juwana Elrina ...

Sabtu, 07 Januari 2017

LEKKER PAIMO (28 Desember 2016)

Lanjut ...  kita ke lekker Paimo yang berjarak sekitar 1,4 km dari lunpia Gang Lombok tepatnya di jalan Karanganyar 37, persis depan sekolah Loyola.

Sebetulnya lekker ini hanya dijajakan dalam gerobak di pinggir jalan saja, tapi yang antri beli .... wuihh, sampe gak kelihatan pedagangnya, uuiyy ...
Begitu datang, kita kudu minta daftar menu berikut secarik kertas sama penanya, yaaa ... 
Trus kita tulis, deh, pesanan kita plus nama kita juga dan .... siap-siap antri deh, tunggu giliran. 
Kalo nama kita sudah dipanggil, berarti pesanan kita baru mulai dikerjakan. 
Jadi ... plissss, deh, kalo mau ngerumpi di lokasi saja, yeee ... soalnya begitu nama kita dipanggil gak ada sahutan dari mana-mana, bakalan ngerjain pesanan berikutnya, tuuhh. Hiks ... hiks .... hiks ... kayak ngantri apaan aja ....
Sebetulnya adonan lekkernya, sih sederhana ... antara lain hanya campuran tepung terigu, gula pasir, telur berikut air yang dituang ke dalam loyang berukuran kecil dan terus diputar di atas tungku api.

Baru kemudian dimasukkan berbagai macam pilihan rasa dari bahan-bahan berkualitas yang sedikit dihancurkan dengan garpu.

Untuk lekker yang tipis, akan langsung dilipat jadi 2 dan siap dikemas.
Tapi untuk lekker yang tebal karena bahan isiannya juga banyak, akan dituangkan adonan kedua yang kemudian dihancurkan juga dengan garpu, baru dilipat jadi 2 dan siap dikemas.
Seperti ini tampilan akhirnya.
Aku ici-icip varian rasa manisnya, yaitu campuran antara pisang (yang manis banget dan harum), coklat (yang enak) dan (bubuk) kacang yang renyah.

Untuk varian rasa asinnya, aku pilih campuran telur, sosis dan mozarella.


Dengan pemilihan bahan-bahan yang berkualitas, lekker Paimo ini memang patut diperhitungkan rasanya biarpun hanya dijual di pinggir jalan saja.

Cuma yang tetap perlu diingat, harus dikonsumsi secepatnya selagi panas untuk mendapatkan tekstur dan rasa yang benar-benar pas di lidah. Mantaappp ....

Lanjut, yuukkk ... ke Pia Kemuning ....

LUNPIA GANG LOMBOK (28 Desember 2016)

Dari wingko babad cap Kereta Api kita menuju ke lunpia Gang Lombok (sekitar 1,3 km), yaitu di Gang Lombok nomor 11, Kranggan, Kawasan Pecinan.

Lun pia sendiri berarti kue yang digulung dengan isian terdiri dari campuran cacahan rebung, sayuran kecambah, udang/ayam berikut orak-arik telur.

Saus kental-nya sendiri terdiri dari campuran tepung sagu, gula merah dan bawang putih.
Disertakan juga daun bawang, acar dan cabe ijo yang seabrek-abrek, hehehe ....

Begini tampilan-nya.
Cuma ada 2 macam lunpia basah dan kering, masing-masing harganya Rp.15.000,-

Lunpia basah cuma awet sampai malam hari itu juga, sedangkan lunpia kering-nya awet sampai 2 hari saja dalam suhu kamar.

Dengan penampilan padat berisi seperti itu, bisa dibayangkan, toh ... melimpah ruah-nya isian lunpia-nya, hehehe .... sesuai sama pembelinya yang melimpah ruah antri tunggu giliran dilayani. 

Kalo pas musim liburan seperti ini, cuma melayani pesanan bungkus, loh, yaaa ... soalnya gak sempet lagi melayani pesanan makan di tempat. Jadi ... siap-siap bersabar diri tunggu dilayani pesanannya, yaaa ....

Oke, kita lanjut ke ... Lekker Paimo ...

JALAN-JALAN KULINER KE SEMARANG (28 Desember 2016)

Huraaaa ... waktunya jalan-jalan lagi ....
Kali ini pilihan liburan akhir tahunku ke Semarang. 

Tanggal 28 Desember 2016 lalu, aku icip-icip naik kereta api Argo Anggrek Pagi dari stasiun Pasar Turi-Surabaya. Aku pilih kelas eksekutif dengan kursi 1 C .... itu, loohh ... kursi sorangan wae ... hehehe ... 

Jam 8 pagi persis sesuai jadwal, kereta api-nya berangkat.

Begini, neh ... penampilan ruang dalam kereta. Bersih dan lega banget buat kaki selonjoran. 

Disediain juga kantung plastik mual sama ada colokan listriknya di samping kursi.

Aseekk .... aku dapet kursi sendirian dan paling belakang pula.
Cuma gak enaknya toilet-nya ada di bagian depan. Jadi kalo kebelet pis, ya ... kudu jalan-jalan syantik di sepanjang lorong, deh ... hehehe ....

Pilihan kursi ini emang paling cucok sama penumpang yang gak hobi ngobrol dan yang ogah kuatir bakalan ketiban sampur dapet teman duduk seperjalanan yang nyebelin. Dijamin aman terkendali, daahh ...
Jam 11.23 siang pas kereta api-nya sampai deh, di stasiun Tawang-Semarang. Suasana kolonial Belanda-nya sudah mulai terasa, tuuh .... Nanti aku ceritain, deh stasiun Tawang ini di akhir catatan perjalananku.

Sekarang kita lanjut dulu sama wisata kuliner-nya, yaaa ... berhubung sudah ditungguin sama guide merangkap sopir di depan stasiun, tuuhh .... hehehe ....
Tujuan pertama kita adalah icip-icip jajanan wingko
babad cap Kereta Api. Toko-nya ada di jalan Cendrawasih 14, Bubakan (sekitar 2 km dari stasiun Tawang).

Aku masih ingat, semasa kecilku dulu pas naek kereta api, wingko babad ini dijajakan penjual keliling di sekitar stasiun sekaligus di dalam kereta api-nya juga, loh ....
Jadi sudah lama bingit umurnya.

Hitung-hitung mengenang kembali nostalgia masa kecilku dulu, neh ....
Bahan wingko babad sendiri terdiri dari tepung ketan dan parutan kelapa muda dengan santan atau air sebagai perekat-nya. Ya ... adalah gula pasir, telor dan margarine juga.

Pas aku ke sana, cuma ada 3 varian rasa, yaitu rasa original (@ Rp. 4.400,-) yang bagiku terasa lebih manis dibanding varian lain-nya.

Ada rasa coklat (@ Rp.4.700,-) yang berasal dari bubuk coklat dan ada rasa nangka (@ Rp.4.700,-) dengan cacahan buah nangka di dalamnya.
Wingko babad ini hanya bertahan 3-4 hari saja karena lama kelamaan makin mengeras tekstur-nya  dan kurang enak lagi buat dikonsumsi. Jadi, harap di-ingat-ingat kalo mau buat oleh-oleh, yaaa ....

Lanjut, yuuukkk ... ke Lunpia Gang Lombok ....